Selasa, 31 Juli 2012

MENGENALI KEPRIBADIAN MELALUI GAYA KEPUTUSAN

Widura IM
Dalam konteks pengambilan keputusan, individu dapat dipandang sebagai sistem dimana salah satu sub-sistemnya adalah kepribadian (personality). Sebagai sub-sistem, kepribadian akan melibatkan corak berfikir, emosi, nilai (value), dan sikap (attitude) yang erat hubungannnya dengan pola perilaku individu termasuk gaya pengambilan keputusannya. Variasi perilaku individu merupakan keunikan dari kepribadian, oleh karena itu gaya (style) keputusan antara orang yang satu dan lainnya cenderung bervariasi walau permasalahan yang dihadapinya sebenarnya sama.
Dengan mengenali gaya keputusan yang sering digunakan seseorang maka dapat diprediksi arah perilaku atau kesesuaiannya dalam menghadapi situasi permasalahan. Bila gaya keputusan tidak cocok dalam menghadapi permasalahan tertentu dapat diprediksi ketidak efektifannya. Misalnya, seseorang yang introvert akan menerapkan gaya keputusan berbeda dengan individu ekstrovert. Dikaitkan dengan jenis permasalahan, maka dapat diprediksi bahwa individu introvert tidak efektif menghadapi permasalahan yang menuntut kecepatan dalam keputusan, tetapi mungkin akan efektif bila menghadapi permasalahan yang menuntut ketelitian dan kehati-hatian. Apakah gambaran proses dan gaya keputusan sesederhana itu ? Tentunya perlu diulas bagaimana aspek-aspek yang terkait saling berinteraksi.

Corak Berfikir dan Gaya Keputusan

Sebelum seseorang mengambil keputusan ia dituntut kemampuan dalam interpretasi dan evaluasi informasi. Hal yang penting disini adalah bagaimana ia menangkap informasi dan bagaimana ia bereaksi terhadap
situasi (atau permasalahan). Dalam menjelaskan hubungan corak berfikir dan pengambilan keputusan, para pakar mencoba menjelaskan melalui konsep belahan otak - kiri dan kanan - untuk memahami bekerjanya otak individu dalam proses pengambilan keputusan. Ternyata dapat dikenali aspek-aspek tertentu dari otak yang berpengaruh pada proses berfikir.
Bahwa individu yang berorientasi pada dimensi tugas atau aspek teknis pekerjaan didominasi oleh otak kiri. Sedangkan individu yang lebih memperhatikan hubungan sosial, emosi dan perasaan dikuasai oleh otak kanan. Dari penjelasan ini dapat dideskripsikan bahwa individu yang dikuasai otak kiri lebih pragmatis dan berorientasi taktis. Berbeda dengan individu yang didominasi otak kanan yang lebih berfikir jangka panjang atau cenderung mempertimbangkan perasaan orang dalam mengambil keputusan
Kompleksitas Berfikir dan Struktur Sikap
Selain corak berfikir, pengambilan keputusan juga berhubungan dengan tingkat kompleksitas permasalahan yang mampu dihadapi individu. Beberapa orang mempunyai toleransi yang tinggi terhadap situasi ambigus sehingga tak kesulitan mengorganisasikan situasi-situasi kompleks. Sebagian lainnya membutuhkan informasi yang kongkrit karena mereka memerlukan struktur yang jelas tentang permasalahan yang dihadapi agar dapat melakukan pertimbangan yang tepat sebelum mengambil keputusan.
Kompleksitas berfikir mengungkapkan kapasitas seseorang dalam mengolah informasi yang relevan dan penting. Individu yang memiliki kapasitas berfikir terbatas umumnya akan melakukan langkah awal membatasi dirinya dari informasi yang ambigus atau terlalu bervariasi. Biasanya mereka cenderung tidak berupaya kuat mencari informasi sebanyak mungkin, pertimbangannya agar tidak bingung dengan banyaknya informasi yang perlu diperhatikan. Sebaliknya individu dengan kapasitas berfikir luas memiliki toleransi tinggi terhadap situasi ambigus, ia akan tetap merasa aman dan tidak kesulitan menghadapi permasalahan kompleks dan tidak berstruktur. Individu-individu ini mampu menstrukturkan permasalahan yang kompleks dengan berfikir sistematis sehingga mudah memilih alternatif keputusan secara akurat.
Dari sudut pandang lain, ada ahli lain yang mengkaitkan penyaringan informasi dengan struktur sikap (attitude) individu. Menurut mereka, struktur sikap dapat bersifat kaku (rigid) atau sangat fleksibel. Dan subyektivitas seseorang dalam mengamati permasalahan merupakan dampak dari struktur sikapnya dalam mengamati atau menangkap informasi suatu permasalahan.
Seorang pengambil keputusan yang sikapnya kaku atau dogmatis, biasanya sering frustrasi bila dihadapkan pada situasi permasalahan yang
kompleks dan ambigus. Sedangkan, individu yang fleksibel memiliki kemampuan menangkap informasi yang bervariasi dan memahaminya sebagai gambaran yang utuh dan bermakna. Oleh karenanya, mereka cenderung lebih percaya diri dan efektif dalam berhubungan dengan orang serta tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan konflik dalam diri.
Gaya Pengambilan Keputusan
Dimensi yang mencakup cara seseorang menangkap informasi dan tingkat kompleksitas berfikir (cognitive complexity), tak terlepas dari kemampuan seseorang menghadapi kompleksitas situasi permasalahan dan bagaimana otak memprosesnya. Melalui persepsi, individu akan melibatkan subyektivitas dalam menyaring informasi permasalahan yang dihadapinya. Aspek-aspek tersebut menjadi dasar yang membedakan gaya keputusan individu satu dan lainnya.
Dengan dasar tersebut, maka dijelaskan pola perilaku seseorang melalui gayanya dalam mengambil keputusan yang dapat dikelompokan ke dalam 4 kategori, yaitu ;
a. Gaya Direktif (Directive Style)
Gaya keputusan ini memiliki toleransi rendah pada situasi ambigus dan tak terlalu kuat dalam kompleksitas berfikir. Umumnya mereka lebih menyukai informasi yang spesifik dan berstruktur. Lebih memperhatikan keputusan teknis dengan gaya otokratis. Perhatian mereka terfokus dan cenderung agresif. Mereka cenderung membatasi informasi dan alternatif pilihan dengan orientasi pada tujuan-tujuan jangka pendek, sehingga kecepatan solusi merupakan kekhasan gaya ini. Dalam mengambil keputusan mereka tergolong cepat. Umumnya dorongan mereka kuat untuk mencapai prestasi tinggi, dan mengandalkan power untuk mengendalikan situasi.
b. Gaya Analitik (Analityc Style)
Gaya ini lebih toleran terhadap situasi ambigus dibandingkan dengan gaya direktif. Tingkat kompleksitas berfikir tergolong kuat sehingga mampu mendapatkan banyak informasi dan mengembangkan alternatif pilihan. Perhatiannya pada keputusan teknis dan kontrol, sehingga cenderung otokratis. Dalam membuat keputusan, mereka bukan pengambil keputusan yang cepat karena cenderung menikmati situasi problem solving, dan suka menguji detil-detil situasi. Kekhasan dari gayaini, adalah kemampuannya mengatasi situasi-situasi baru. Posisi status dan ego adalah hal penting,
c. Gaya Konseptual (Conceptual Style)
Kekhasan gaya ini adalah orientasinya di tingkat berpikir daripada bertindak. Taraf kompleksitas berfikir tergolong kuat, sehingga tidak sulit menghadapi permasalahan kompleks. Dalam membuat keputusan, cenderung memanfaatkan data dari banyak sumber dan berusaha mengembangkan alternatif bervariasi. Disamping itu gaya ini juga berorientasi pada orang, terbuka untuk menjalin relasi, mau menerima masukan dari bawahan dan menyenangi situasi partisipatif yang tidak melibatkan kontrol dan power. Perhatiannya pada tujuan jangka panjang dengan komitmen kuat pada organisasi. Pengguna gaya ini cenderung idealis dan memperhatikan nilai & etika. Umumnya kreatif dan berorientasi pada prestasi, pengakuan (recognition), dan kemandirian.
d. Gaya Perilaku (Behavioral Style)
Tingkat kompleksitas berfikir tak terlalu kuat sehingga sering kesulitan menghadapi permasalahan kompleks. Dalam berkomunikasi cenderung memanfaatkan rapat atau pertemuan formal. Gaya ini sangat berorientasi pada kondisi internal organisasi, cenderung supportive dan sangat memperhatikan kesejahteraan bawahan. Mereka bersedia terbuka terhadap saran, komunikatif, empatik, persuasif, dan kompromis. Dalam mengambil keputusan, tidak mementingkan banyaknya data sebagai informasi dan biasanya berorientasi jangka pendek. Mereka juga berusaha menghindari konflik, berusaha mencari dukungan, dan sangat berorientasi pada orang. Dalam posisi statusnya kadang-kadang sering merasa kurang aman (insecure).
Penutup
Uraian इनी menggambarkan bahwa disamping kita dapat mengenali pola kepribadian seseorang melalui gaya keputusannya, kita juga dapat memprediksi keputusan yang akan diambil seseorang saat menghadapi permasalahan. Selain itu, untuk pembinaan kita dapat menempatkan seseorang dalam situasi sesuai dengan pola umum dari kepribadian dan gaya keputusannya।Namun demikian proses pengambilan keputusan tidak dapat dipandang sebagai proses sebab akibat yang सेदेर्हना. Ada aspek-aspek dalam diri yang terlibat dalam proses tersebut, seperti persepsi, corak berfikir dan sikap. Aspek-aspek ini disamping menentukan gaya keputusan juga mempengaruhi fleksibilitas dalam penyesuaian gaya keputusan dengan situasi permasalahan. Seperti dikatakan orang bijak bahwa orang yang fleksibel ternyata lebih efektif dalam mengambil keputusan. (WID)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar